Laporan:Benny hrp
PEKANBARU,www mediaaktualitas.com
Sorak yel-yel “Hidup Mahasiswa, Hidup Rakyat!” menggema di depan DPRD Riau. Massa menuding negara kian represif, menolak kenaikan tunjangan DPR, dan menegaskan Polri perlu revolusi total.
Sorak lantang “Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat! Lawan Penindasan!” menggema di halaman DPRD Provinsi Riau, Senin (1/9/2025). Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus bersama elemen masyarakat turun ke jalan menyuarakan keresahan mendalam atas wajah negara yang dinilai semakin represif, abai pada kepentingan rakyat, dan sibuk mengurus kepentingan elite.
Massa aksi menilai demokrasi saat ini sedang dipasung. Penangkapan ratusan mahasiswa dalam aksi sebelumnya dianggap bukti nyata bahwa suara kritis tengah dibungkam.
“Alih-alih melindungi rakyat, negara justru menjadi alat penindas. Aparat sibuk membungkam suara mahasiswa, sementara rakyat terus dibiarkan menderita,” tegas Teguh Wardana, Koordinator Umum aksi demonstrasi.
Enam Tuntutan Rakyat
Melalui aksi ini, massa menyampaikan enam tuntutan yang mereka sebut sebagai jeritan nurani rakyat:
Mendesak DPR RI segera mengesahkan RUU Perampasan Aset sebagai langkah konkret pemberantasan korupsi dan pengembalian harta rakyat yang dirampas pejabat busuk.
Menuntut pembebasan 900 mahasiswa yang ditahan dalam aksi sebelumnya. “Mereka bukan penjahat, mereka pejuang demokrasi,” teriak orator.
Revolusi total institusi Polri, karena reformasi dianggap gagal.
Mendesak Presiden segera mencopot Kapolri yang dinilai gagal memimpin dan membiarkan aparatnya represif.
Batalkan rencana kenaikan tunjangan DPR RI di tengah penderitaan rakyat.
Perbaiki total kinerja DPR agar benar-benar menjadi rumah rakyat, bukan pasar transaksi politik.
Aksi Bukan Sekadar Teriakan Jalanan
Para mahasiswa menegaskan, aksi ini bukan sekadar keramaian jalanan, melainkan jeritan hati rakyat yang sudah lama terabaikan.
“Tuntutan ini adalah seruan moral, politik, dan kemanusiaan. Wajib segera dijawab, bukan ditunda apalagi dibungkam dengan kekerasan,” tegas Teguh.
Spanduk-spanduk dengan tulisan “Negara Jangan Buta!”, “Bebaskan Kawan Kami!”, dan “Polri untuk Rakyat, Bukan Penguasa!” terangkat tinggi di tengah aksi.
Massa mengingatkan, jika negara tetap menutup mata dan telinga, gelombang perlawanan akan semakin besar dan suara rakyat akan semakin lantang.