Example floating
Example floating
Rokan Hulu

Wartawan Senior Oleh : H Affan Bey Hutasuhut

Admin
11
×

Wartawan Senior Oleh : H Affan Bey Hutasuhut

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Laporan:Hsn

Rohul,www.Mediaaktualitas.com

Setiap kali ada yang menyapa, “halo wartawan senior, gimana kabarnya wartawan senior, rasanya jadi risih. Apalagi ada pula orang yang mengatakan kepada rekannya, kenalkan ini teman saya wartawan senior.

Kalau dari segi umur, boleh jadi ungkapan itu benar adanya. Sebab usia sekarang sudah 72 tahun. Namun kalau dikaitkan dengan perkembangan ilmu jurnalistik, rasanya malu-maluin.

Dari mana orang mengukur kesenioran seorang wartawan. Kalau wartawan yunior, mudah direka. Selain masih jadi pemula, boleh jadi usiapun masih belia.

Ada yang bilang orang yang dipercaya menjadi pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, tentulah karena diyakini memiliki ilmu jurnalistik dan pengalaman yang matang dan karenanya layak dijuluki sebagai wartawan senior. Apalagi sekelas Presiden ILC Karni Ilyas, redaktur waktu sama-sama aktif di Majalah Tempo.

Ada lagi yang berpendapat jurnalis yang meraih juara karya jurnalistik terbaik internasional ataupun nasional, dan sudah mengantongi Pers Card Number One pula, layak dinobatkan sebagai wartawan senior.

Namun seperti apapun kepiawaian seorang wartawan, redaktur, dan lainnya, tetap saja sulit teruji sebagai wartawan senior secara hakiki.

Kalau ada yang mau mengangkat derajad peraih karya jurnalistik tersebut sebagai wartawan senior, bisa saja dalam arti jurnalis yang paling pintar diantara peserta lainnya.

Hanya sebatas itu, lantaran secara hakikat sang juara masih belum khatam ilmu jurnalistiknya. Atau setidaknya sudah berapa persen jumlah ilmu jurnalistik yang dikuasainya.

Siapa yang tau sampai dimana batasnya ilmu jurnalistik di alam semesta ini. Kalau mau naik pesawat dari Pekanbaru menuju Jakarta jelas diketahui di mana terminalnya.

Jika dalam bentuk angka, misalnya, berapa juta, puluhan juta, ratusan juta, jumlah ilmu jurnalistik. Kalau diketahui jumlah ilmu jusnalistik ada 1.000.000, misalnya, maka yang sudah menguasai 90 persen keatas bolehlah disebut wartawan senior. Inikan tak bisa diukur dengan itung-itungan angka.

Bahwa ada rekan wartawan yang habis-habisan berburu ilmu jurnalistik, layak dihargai. Begitupun, tetap saja ilmu yang dimiliki hanyalah sebutir debu yang beterbangan di alam semesta ini.

Sebab hanya Allah SWT, Yang Maha Memiliki segala ilmu dan takkan ada yang bisa menyamainya. Namun Allah SWT memberi akal kepada hambanya agar digunakan untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.

Pertanyaannya apakah para wartawan sudah menggunakan akalnya untuk mempelajari banyak hal, khususnya perkembangan dalam dunia jurnalistik?

Atau jangan-jangan lantaran sudah merasa senior, semangat berburu ilmu menurun karena keadaan sudah mapan.

Padahal perubahan terus berjalan menuntut para jurnalis rnalis harus semakin kokoh menguasai beragam ilmu dan pengalamann ditengah kencangnya perkembangan ilmu jurnalistik dan teknologi digital.

Wartawan menguasai ilmu bukan untuk meraih gelar wartawan senior. Siapa yang tak siap menatap masa depan, maka akan lapuk di makan zaman.

Penulis : Jurnalis Majalah TEMPO (1987-1994)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *